MetaMask Kini Mendukung Bitcoin, Data Pasar AS Diprediksi akan Pacu Harga BTC

MetaMask beralih ke Omnichain! Sekarang bisa kelola Bitcoin, Ethereum, dan Solana dalam satu dompet. Lebih praktis, aman, dan tanpa ribet.

Alvaro Pradipta By Alvaro Pradipta Updated 6 mins read
MetaMask Kini Mendukung Bitcoin, Data Pasar AS Diprediksi akan Pacu Harga BTC

Key Notes

  • MetaMask beralih ke Omnichain yang membuatnya kini mendukung Bitcoin secara native.
  • Kendati pasar lesu, Standard Chartered dan Grayscale masih optimistis dengan potensi jangka panjang Bitcoin.
  • Bitcoin Hyper menjadi solusi layer-2 Bitcoin dengan teknologi Solana untuk transaksi BTC lebih cepat dan murah.
  • .

Kabar menarik datang dari MetaMask yang baru saja meluncurkan fitur Omnichain dengan dukungan Bitcoin secara native. Kini, Anda bisa mengelola BTC bersama aset Ethereum dan Solana dalam satu aplikasi saja, tanpa perlu lagi bergantung pada bridge luar yang rumit dan berisiko.

Pembaruan ini menjadi jawaban bagi trader yang menginginkan efisiensi di tengah volatilitas pasar yang sedang tinggi. Dengan kemudahan transaksi lintas jaringan dan potensi imbalan poin, fitur ini membuat navigasi di dunia kripto jadi jauh lebih simpel bagi siapa pun.

MetaMask Omnichain: Kelola Bitcoin dan Aset EVM dari Satu Pintu

Dominasi MetaMask sebagai dompet kripto nomor satu tampaknya bakal makin sulit digeser. Baru-baru ini, mereka melakukan gebrakan besar dengan meluncurkan dukungan Bitcoin secara native.

Artinya, MetaMask kini bertransformasi menjadi dompet omnichain sejati, di mana Anda bisa mengelola BTC, Ethereum, dan Solana dalam satu tempat tanpa perlu lagi menggunakan bridge atau aplikasi tambahan yang merepotkan.

Fitur baru ini memungkinkan pengguna untuk membeli BTC dengan uang fiat, melakukan transfer on-chain, hingga menukar aset antar jaringan secara langsung. Langkah ini sangat strategis karena selama ini pengguna harus memiliki dompet terpisah untuk Bitcoin.

Dengan integrasi ini, hambatan teknis bagi pemula pun makin terkikis, menjadikan manajemen aset kripto jauh lebih simpel dan terpusat.

Namun, peluncuran fitur keren ini hadir di tengah suasana pasar yang agak mendung. Harga Bitcoin terpantau sempat meluncur ke bawah level $90.000, memicu kekhawatiran akan datangnya tren bearish jangka pendek.

Investor saat ini sedang dalam mode waspada menanti sederet data ekonomi penting dari Amerika Serikat, seperti laporan Nonfarm Payrolls dan pasar tenaga kerja yang diprediksi akan melambat.

Secara makro, melambatnya data tenaga kerja di AS biasanya memberikan dampak ganda pada kripto; di satu sisi bisa menekan harga karena kekhawatiran resesi, namun di sisi lain bisa membuka peluang pemangkasan suku bunga yang lebih agresif oleh The Fed.

Di tengah ketidakpastian ini, kemudahan yang ditawarkan MetaMask memberikan efisiensi bagi trader untuk melakukan penyesuaian portofolio dengan cepat sebelum volatilitas pasar benar-benar meledak.

MetaMask Omnichain: Integrasi Bitcoin ke Dalam Dompet Utama

Langkah MetaMask menghadirkan dukungan Bitcoin secara langsung merupakan terobosan besar yang menyederhanakan cara kita berinteraksi dengan aset kripto paling berharga di dunia.

Pada fase awal ini, integrasi tersebut menggunakan alamat SegWit yang dikenal lebih murah dan cepat dalam hal biaya transaksi, sementara dukungan untuk Taproot kabarnya akan menyusul di tahap berikutnya.

Menariknya, pembaruan ini bukan sekadar soal fungsi penyimpanan. Pengguna yang melakukan swap BTC/USD di dalam dompet berkesempatan mengumpulkan poin reward.

Banyak spekulasi beredar bahwa poin ini nantinya akan terhubung dengan program insentif token MASK yang nilainya dirumorkan mencapai lebih dari $30 juta. Bagi pemburu airdrop atau investor setia, ini tentu menjadi daya tarik tambahan yang sulit dilewatkan.

Dari sisi teknis, fitur ini berjalan di atas sistem MetaMask Snaps. Ini adalah solusi cerdas yang memungkinkan MetaMask berinteraksi dengan jaringan non-EVM tanpa harus mengubah arsitektur intinya secara drastis.

Jadi, tidak ada kurva belajar yang rumit; jika Anda sudah terbiasa menggunakan dompet ini, mengelola Bitcoin akan terasa sangat natural.

Bagi pemegang Bitcoin lama, manfaat praktisnya sangat terasa: jumlah dompet yang perlu dipantau berkurang, jumlah transfer antar-aplikasi jadi lebih sedikit, dan tentu saja meminimalisir risiko kesalahan saat memindahkan aset.

Di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, efisiensi seperti ini menjadi sangat krusial. MetaMask kini bukan lagi sekadar dompet Ethereum, melainkan hub utama bagi berbagai rantai blok yang membuat pengalaman on-chain jadi jauh lebih mulus.

Analisis Harga BTC/USD: Menghadapi Badai Volatilitas Makro

Pasangan BTC/USD saat ini tengah kehilangan momentum setelah rapat FOMC terakhir memberikan sinyal yang campur aduk. Meski ada pemangkasan suku bunga, pesan “hawkish” dari bank sentral justru memicu gelombang likuidasi yang cukup menyakitkan bagi para trader.

Akibatnya, penggunaan leverage di pasar menurun tajam dan arus masuk ke bursa mulai melambat, menciptakan suasana yang cenderung berhati-hati di kalangan investor.

Meski begitu, harapan belum sepenuhnya pudar. Jika data inflasi atau tenaga kerja AS mendatang menunjukkan angka yang melandai, Bitcoin, altcoin, dan bahkan meme coin berpeluang besar untuk kembali tancap gas.

Grayscale bahkan memprediksi adanya potensi rekor tertinggi baru sebelum 2026, didorong oleh permintaan institusional yang terus merangkak naik. Di sisi lain, Standard Chartered tetap pada proyeksi optimisnya di angka $200.000, meskipun sempat ada koreksi prediksi ke level yang lebih rendah sebelumnya.

Tekanan jangka pendek juga datang dari penurunan hashrate Bitcoin akibat gangguan penambangan di beberapa wilayah. Dengan rilis data ekonomi penting seperti PMI, CPI, hingga PCE yang sudah di depan mata, pasar dipastikan akan masuk ke zona volatilitas tinggi.

Di tengah ketidakpastian harga ini, hadirnya fitur Bitcoin Omnichain di MetaMask menjadi angin segar. Integrasi ini memudahkan investor untuk tetap aktif mengelola aset mereka tanpa harus keluar-masuk ekosistem dompet yang berbeda.

Saat harga sedang “galau” menunggu kejelasan data makro, kemudahan akses yang ditawarkan MetaMask memastikan kita tetap siap mengambil peluang kapanpun momentum bullish kembali datang.

Bitcoin Hyper: Revolusi Layer-2 Bitcoin yang Mendukung Ekosistem EVM

Tren Layer-2 kini bukan lagi monopoli Ethereum. Munculnya Bitcoin Hyper membawa angin segar sebagai solusi skalabilitas Bitcoin yang revolusioner.

Sebagai “jalur layang” di atas jaringan utama Bitcoin yang sibuk, Bitcoin Hyper menawarkan transaksi yang jauh lebih cepat dan murah, namun tetap terintegrasi dengan ekosistem EVM (Ethereum Virtual Machine) dan bahkan Solana.

Ini adalah infrastruktur krusial yang selama ini dinanti agar Bitcoin tidak hanya menjadi aset simpanan, tapi juga efisien untuk DeFi.

Bitcoin Hyper - MetaMask

Bagi pengguna MetaMask, integrasi semacam ini tentu sangat menarik karena menjembatani keterbatasan antar jaringan. Di tengah antusiasme pasar, prediksi harga Bitcoin Hyper terlihat sangat menjanjikan.

Dengan dana ICO yang sudah menembus hampir $29,5 juta (Rp491 miliar) dengan harga token $0,013435, banyak analis memperkirakan nilainya akan melonjak tajam saat listing nanti, terutama didorong oleh utilitas nyata dan sentimen positif dari data ekonomi makro seperti CPI dan PCE.

Selain potensi kenaikan harga, proyek ini menawarkan imbal hasil staking hingga 39% APY—angka yang jauh melampaui bunga bank konvensional.

Keunggulan sebagai first mover di sektor Layer-2 Bitcoin yang kompatibel dengan EVM dan SVM membuat daya tariknya sulit diabaikan oleh para pemburu permata kripto.

Bagi Anda yang tidak ingin ketinggalan momentum, cara beli Bitcoin Hyper cukup mudah. Anda bisa mengunjungi situs resmi presale mereka, menghubungkan dompet digital seperti MetaMask atau Best Wallet, dan menukarkan ETH, USDT, atau BNB dengan token HYPER.

Mengingat harganya yang terus meningkat secara bertahap setiap harinya, mengamankan posisi lebih awal bisa menjadi langkah investasi yang sangat strategis.

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Coinspeaker Indonesia. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Coinspeaker Indonesia tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

Berita Bitcoin, Berita Kripto
Alvaro Pradipta

Alvaro Pradipta adalah analis crypto dan penulis senior di CoinSpeaker Indonesia dengan spesialisasi pada Bitcoin, Ethereum, dan aset digital berkapitalisasi besar. Dengan latar belakang di bidang Teknologi Informasi, Alvaro memiliki kemampuan untuk membedah aspek teknis blockchain sekaligus menjelaskan implikasinya terhadap harga dan adopsi. Sejak 2018, Alvaro aktif menulis ulasan pasar harian, analisis teknikal, dan liputan event crypto internasional. Gaya tulisannya memadukan analisis berbasis data dengan wawasan tren global, menjadikannya salah satu penulis yang banyak diikuti oleh pembaca setia CoinSpeaker Indonesia.

Artikel Terkait