Bitcoin Tembus US$125.700 (Rp2 Miliar): Ketika Pasokan di Exchange Mengering, Investor Mulai Panik

Harga Bitcoin menembus US$125.700 di tengah pasokan exchange yang menyusut drastis. Apakah ini awal dari krisis likuiditas atau peluang emas bagi investor baru? Baca selengkapnya!

Ajira Maheswari By Ajira Maheswari rinaldy Editor rinaldy Updated 8 mins read
Bitcoin Tembus US$125.700 (Rp2 Miliar): Ketika Pasokan di Exchange Mengering, Investor Mulai Panik

Harga Bitcoin (BTC) kembali menorehkan rekor tertinggi baru dengan menembus US$125.700, atau setara Rp2.078.233.100 (mengacu pada kurs Rp16.529/USD per 5 Oktober 2025). Angka ini resmi melewati rekor sebelumnya yang tercatat pada Agustus 2025 lalu di kisaran US$124.500 (Rp2.057.709.500).

Namun, bukan hanya harga yang menjadi sorotan. Data on-chain dan sentimen institusional menunjukkan bahwa pasar sedang menghadapi krisis pasokan Bitcoin, di mana cadangan BTC di bursa kripto turun ke level terendah dalam enam tahun terakhir. Momentum besar ini memicu gelombang spekulasi, antisipasi, dan ketakutan kehilangan momen (FOMO) di seluruh pasar.

Lonjakan Awal Oktober: Saat “Uptober” Kembali Jadi Kenyataan

Sejak awal bulan Oktober, harga Bitcoin terus mengalami peningkatan stabil setelah sempat merosot ke titik rendah US$107.800 (~Rp1,78 miliar) di awal September. Bulan Oktober sendiri memang dikenal luas sebagai periode bullish dalam kalender crypto, dan tak heran jika para trader menyebutnya dengan istilah “Uptober”.

Didorong oleh kombinasi likuiditas pasar yang menyusut, optimisme ETF, dan narasi kelangkaan, tren naik Bitcoin mulai mendapat traksi serius.

Pakar ETF dan Presiden ETF Store, Nate Geraci, bahkan menyatakan di akun X pribadinya:

“Bitcoin mencetak rekor harga baru… Tapi sebagian besar orang bahkan belum memahami apa itu Bitcoin.”

Pernyataan ini mencerminkan bahwa adopsi institusional dan ritel mungkin baru memasuki tahap awal—sebuah sinyal bahwa potensi pertumbuhan harga masih terbuka lebar.

Baca juga: Meme Coin Terbaik untuk Dibeli di 2025

BTC di Exchange Anjlok: Hanya Tersisa 2,45 Juta Koin untuk Dijual

Data dari Glassnode mengonfirmasi bahwa cadangan BTC di exchange global turun menjadi hanya 2,83 juta BTC, sementara CryptoQuant bahkan mencatat angka lebih rendah lagi yaitu 2,45 juta BTC—angka terendah sejak 2018.

Selama dua minggu terakhir, tercatat lebih dari 114.000 BTC ditarik dari platform perdagangan, dengan estimasi nilai melebihi US$14 miliar atau sekitar Rp231 triliun. Gelombang arus keluar ini sebagian besar mengalir ke dompet pribadi (self custody), cold wallet institusi, dan neraca keuangan perusahaan besar.

Mengapa ini penting?

Cadangan BTC di exchange merepresentasikan likuiditas pasar—semakin sedikit yang tersedia, semakin besar tekanan harga ke atas. Hal ini serupa dengan pasar properti dengan sedikit rumah yang dijual—harga akan naik lebih cepat.

Kepala Riset Aset Digital VanEck, Matthew Sigel, mengunggah:

“Saya dengar beberapa exchange mulai kehabisan Bitcoin… Hari Senin jam 09.30 pagi bisa jadi jadi awal resmi dari kekurangan pasokan Bitcoin.”

Investor besar seperti Mike Alfred turut menyuarakan kekhawatiran. Ia membocorkan bahwa salah satu meja OTC terbesar memperkirakan bisa kehabisan BTC hanya dalam beberapa jam setelah pasar futures buka—kecuali harga langsung menembus US$126.000 (~Rp2,08 miliar).

Baca juga: Daftar Koin Micin Terbaik untuk Dibeli di Indonesia Tahun 2025

Strategy Inc. Cetak Rp1.279 Triliun dari Bitcoin Treasury

Salah satu bukti konkret dari dampak tren ini terlihat dari Strategy Inc., perusahaan publik pertama yang menjadikan Bitcoin sebagai bagian dari strategi treasury sejak tahun 2020.

Dalam laporan terbarunya, perusahaan mengumumkan bahwa portofolio BTC mereka kini bernilai lebih dari US$77,4 miliar (~Rp1.279 triliun). Itu berarti nilai investasi awal mereka—yang hanya sebesar US$2,1 miliar di tahun 2020—telah melonjak lebih dari 35 kali lipat hanya dalam lima tahun.

Kebijakan agresif mereka membeli Bitcoin saat koreksi, termasuk di tahun 2023 dan 2024, telah mengamankan posisi mereka sebagai pionir dalam strategi penyimpanan nilai berbasis crypto.

IRS baru-baru ini juga mengonfirmasi bahwa keuntungan belum terealisasi dari crypto tidak termasuk dalam cakupan Corporate Alternative Minimum Tax, yang berarti Strategy Inc. dapat menahan keuntungan US$28 miliar (Rp462 triliun) tanpa beban pajak tambahan.

Solusi untuk Krisis Skalabilitas Bitcoin? Masuk: Bitcoin Hyper

Seiring meningkatnya volume transaksi dan kemacetan jaringan utama Bitcoin, kebutuhan akan solusi skalabilitas menjadi semakin mendesak. Di sinilah peran proyek Bitcoin Hyper masuk sebagai katalis inovatif.

Solusi untuk Krisis Skalabilitas Bitcoin? Masuk: Bitcoin Hyper

Proyek ini membangun Layer 2 berbasis Solana Virtual Machine (SVM) di atas jaringan Bitcoin, memungkinkan transfer BTC hampir instan, biaya transaksi yang minim, dan kompatibilitas penuh dengan aplikasi DeFi serta sistem pembayaran besar.

Baca juga: Daftar Coin Baru untuk Investasi di 2025: Rekomendasi Crypto Teratas

Cara Kerja Bitcoin Hyper

Sistem bridge “Canonical Bridge” memungkinkan pengguna mengirim BTC ke alamat khusus. Token setara akan dimintakan di jaringan Bitcoin Hyper setelah smart contract di jaringan Layer 2 memverifikasi transaksi tersebut.

Hasilnya: pengguna tetap mendapatkan jaminan keamanan dari Bitcoin asli, tapi dengan efisiensi dan kecepatan setara Solana.

Kecepatan, Staking, dan Biaya Murah Jadi Daya Tarik Utama

Teknologi Zero-Knowledge Proof (ZK Proof) memungkinkan status transaksi dicatat secara efisien, dikompres, dan disinkronkan secara periodik ke jaringan utama Bitcoin.

Proses penarikan juga dirancang intuitif. Ketika pengguna ingin menarik BTC, sistem akan mengonfirmasi dan mengembalikan BTC mereka melalui jaringan utama, memastikan transaksi tetap trustless dan aman.

Ini menjadi jawaban terhadap keluhan utama terhadap Bitcoin: lambat dan mahal. Bitcoin Hyper mengubahnya jadi cepat dan ekonomis.

bitcoin hyper: Kecepatan, Staking, dan Biaya Murah Jadi Daya Tarik Utama

Roadmap dan Visi Besar: Menjadi Layer 2 Utama Bitcoin

Tim Bitcoin Hyper telah menyelesaikan berbagai tahapan awal seperti:

  • Pengembangan tool developer
  • Riset sequencing transaksi
  • Riset eksekusi layer untuk komputasi besar

Tahapan berikutnya mencakup: integrasi explorer blockchain, aplikasi native berbasis SVM, dan lingkungan bagi developer membangun dApps. Target jangka panjangnya: menjadi Layer 2 utama bagi Bitcoin, seperti Solana untuk Web3.

Roadmap dan Visi Besar Bitcoin Hyper: Menjadi Layer 2 Utama Bitcoin

Presale Token $HYPER: Harga Awal, Potensi Tinggi

Presale token $HYPER saat ini berada di harga US$0,013055 atau Rp216. Dengan total dana terkumpul lebih dari US$21,45 juta (~Rp356,6 miliar), proyek ini hanya tinggal selangkah menuju hard cap US$21,62 juta.

Presale ini menggunakan sistem price ladder—harga akan naik secara bertahap seiring tercapainya cap tertentu. Saat ini, tersisa waktu kurang dari 10 jam sebelum harga bergerak ke tahap berikutnya.

Beberapa investor bahkan melakukan pembelian lebih dari US$1.000 (Rp16,5 juta) dalam satu kali transaksi, menandakan kepercayaan tinggi terhadap potensi token ini.

Cara Ikut Presale dan Keuntungan Staking $HYPER

Langkah mudah untuk ikut presale $HYPER:

  1. Siapkan aset crypto (ETH, SOL, BNB, USDT)
  2. Gunakan wallet seperti MetaMask atau Best Wallet
  3. Kunjungi situs resmi Bitcoin Hyper dan hubungkan dompet
  4. Pilih jumlah token yang ingin dibeli
  5. Konfirmasi dan selesaikan transaksi

cara beli bitcoin hyper

Token dapat diklaim di jaringan Solana (untuk pembelian SOL) atau Ethereum (untuk ETH, BNB, dan kartu kredit). Jembatan lintas-chain tersedia untuk transfer antar jaringan.

Imbal Hasil Staking

Staking $HYPER memberikan reward 199,77 token per blok ETH dengan estimasi APY hingga 55%. Saat ini, total token yang distake telah mencapai 956 juta $HYPER, menunjukkan komitmen jangka panjang investor.

Tokenomics: Distribusi Transparan, Ramah Investor

Struktur distribusi $HYPER:

  • 30% pengembangan
  • 25% treasury dan komunitas
  • 20% pemasaran
  • 15% reward dan staking
  • 10% listing exchange

Model ini memastikan keseimbangan antara pertumbuhan ekosistem dan keuntungan holder.

Apakah Bitcoin Hyper Akan Meledak Setelah Listing?

Dengan momentum Uptober, kelangkaan Bitcoin di exchange, dan teknologi Layer 2 yang inovatif, banyak pihak memperkirakan $HYPER bisa mencatat lonjakan harga signifikan pasca-listing.

Apakah 50x mungkin? Tidak mustahil—dengan presale hampir selesai dan harga masih rendah, proyek ini punya semua elemen altcoin top performer: urgensi, komunitas aktif, staking menarik, dan narasi kuat.

Jangan Lewatkan! Ini Cara Termudah Ikut Presale Bitcoin Hyper!

Jika Anda tertarik untuk ikut presale Bitcoin Hyper, sekarang adalah waktunya untuk bertindak cepat. Dengan harga hanya $0.013055 (Rp216), peluang untuk mendapatkan token di harga terendah semakin sempit. Cukup siapkan wallet seperti MetaMask atau Best Wallet dan koneksikan ke situs resmi Bitcoin Hyper. Proses pembelian sangat mudah dan mendukung pembayaran via crypto maupun kartu kredit. Investor awal berpotensi mendapatkan keuntungan besar saat listing publik nanti. Klik sekarang di Cara Beli Bitcoin Hyper untuk memulai langkah pertama Anda!

Prediksi Harga Bitcoin Hyper: Bisa Tembus Ribuan Persen?

Melihat momentum pasar saat ini, banyak analis percaya bahwa $HYPER bisa mencetak reli signifikan begitu listing di exchange. Ditopang oleh teknologi Layer 2 berbasis Solana, proyek ini menawarkan kecepatan dan skalabilitas yang sangat dibutuhkan di ekosistem Bitcoin. Ditambah lagi, jumlah pasokan yang terbatas dan sistem staking dengan reward 55% APY membuat tekanan beli terus meningkat. Investor awal yang masuk di harga presale bisa menikmati potensi ROI tinggi saat harga naik. Baca lebih dalam di Prediksi Harga Bitcoin Hyper dan pertimbangkan peluangnya hari ini!

Baca juga: Crypto Presale Terbaik untuk Dibeli di 2025

Dari BTC Rp2 Miliar ke Peluang di Bitcoin Hyper

Harga Bitcoin yang menembus Rp2 miliar memberi sinyal kuat bahwa pasar sedang memasuki fase euforia dan penawaran yang makin terbatas. Penurunan drastis cadangan BTC di exchange mempertegas kondisi kelangkaan yang memicu tekanan beli. Investor institusional dan retail mulai berlomba-lomba mengamankan posisi sebelum reli lanjutan terjadi.

Dalam situasi seperti ini, proyek dengan skalabilitas tinggi dan efisiensi biaya seperti Bitcoin Hyper menjadi spotlight baru. Teknologi Layer 2 yang ditawarkan bukan hanya menjawab masalah lama Bitcoin, tapi juga membuka potensi dApps dan sistem pembayaran baru di jaringan utama. Apalagi dengan sistem rollup, staking reward, dan arsitektur jembatan antar-chain, nilai utilitasnya sangat menjanjikan.

Presale $HYPER menjadi pintu masuk termurah bagi investor yang ingin masuk sebelum listing. Harga presale saat ini sangat terjangkau, dan mekanisme price ladder berarti harga akan naik dalam hitungan jam. Dengan reward staking yang tinggi dan dukungan teknologi terkini, Bitcoin Hyper berpotensi menjadi proyek kripto terbaik untuk akumulasi jangka menengah.

Jika Anda melewatkan fase awal Bitcoin, Ethereum, atau Solana—jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. Bitcoin Hyper menyatukan kekuatan infrastruktur Layer 2 dan momentum kelangkaan BTC yang makin nyata. Sekarang adalah waktu terbaik untuk ikut presale dan ambil posisi lebih awal sebelum FOMO massal terjadi.

Disclaimer: Pendapat dan pandangan yang diungkapkan dalam postingan ini tidak selalu mencerminkan kebijakan atau posisi resmi Coinspeaker Indonesia. Informasi yang disediakan dalam postingan ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau profesional. Coinspeaker Indonesia tidak mendukung produk, layanan, atau perusahaan tertentu yang disebutkan dalam postingan ini. Pembaca disarankan untuk melakukan riset mandiri dan berkonsultasi dengan profesional yang berkualifikasi sebelum mengambil keputusan keuangan apa pun. Jangan pernah menginvestasikan lebih dari yang Anda siap kehilangan.

 

Berita Bitcoin, Berita Kripto
Ajira Maheswari

Ajira Maheswari adalah jurnalis dan penulis konten crypto yang fokus pada perkembangan blockchain, DeFi, dan tren altcoin global. Latar belakang pendidikannya di bidang Ekonomi Digital membawanya memahami keterkaitan antara teknologi keuangan dan regulasi di pasar Asia Tenggara. Ajira memulai kariernya sebagai penulis keuangan sebelum beralih sepenuhnya ke sektor aset digital pada tahun 2020. Ia dikenal karena gaya penulisan yang analitis namun mudah dipahami, membuat topik kompleks seperti tokenomics dan analisis pasar lebih ramah bagi pembaca awam. Di CoinSpeaker Indonesia, Ajira rutin menulis artikel prediksi harga, liputan presale token, dan analisis makro ekonomi yang memengaruhi pasar kripto.

Artikel Terkait